Kamis, 23 Oktober 2008

JIWA SEORANG WILLY

Jika kita sejenak berpikir apakah tujuan kita hidup, maka kita harus kembali merenungkan untuk apa kita dilahirkan. Tentu saja kita tidak dapat menyalahkan orangtua yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan kita sejak kecil. Jika kita melakukan hal itu berarti kita secara langsung telah menjadi anak yang durhaka dan secara tidak langsung pula kita telah menyalahkan Tuhan yang telah membentuk kita sejak dari buah kandungan ibu hingga kita memulai hidup di dunia hingga saat ini.

Mungkin kita pernah mendengar bahwa sebagian besar hidup kita, kita berikan untuk orang lain dan hanya sebagian kecil untuk diri kita sendiri. Hal itu dapat kita benarkan karena untuk itulah kita hidup. Saat kita kecil, orangtua hidup untuk kita. Tetapi saat kita kelak sudah besar, kita akan hidup untuk istri dan anak kita sendiri dan begitu seterusnya. Saat kita dalam kandungan ibu, kita dirawat dengan sangat baik. Ibu harus berhati-hati dalam berjalan dan melangkah, tidak boleh begini dan tidak boleh begitu. Harus makan ini dan tidak boleh makan itu. Mungkin untuk biaya kita selama di kandungan saja sudah sampai jutaan rupiah. Tetapi hal itu akan tertutupi saat kita bergerak menendang perut ibu dan akan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi beliau. Ibu seakan tidak sabar menanti kehadiran sang buag hatinya. Begitu pula dengan ayah. Dia bersusah payah mencari biaya untuk susu bagi ibu, menjaga ibu, dan menggantikan pekerjaan sang ibu sehari-hari untuk mencuci, memasak dan sebagainya. Tetapi hal itu akan terlupakan apabila beliau mendekatkan telinganya ke perut ibu dan mendengar suara bayinya, mencium, bahkan permisi kepada bayinya yang berada di dalam kandungan sebelum berangkat kerja.

Saat tiba saatnya untuk melahirkan, ibu merasakan kesakitan yang luar biasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia mengerang, merintih, dan berteriak semoga ia segera melahirkan. Ayah menjadi sangat sibuk dan hilir mudik kesana-kemari. Tetapi setelah melahirkan, rasa sakitnya akan terganti dengan kebahagiaan ketika melihat anaknya lahir dengan selamat. Ayah tidak sabar menanti di luar ingin cepat-cepat menggendong anaknya. Rasa cinta ayah kepada ibu akan kembali diuji. Ayah akan menggantikan seluruh pekerjaan ibu di rumah dan ayah harus menuruti semua kemauan ibu sampai ibu merasa pulih kembali sambil berpikir berhari-hari untuk memberikan nama yang cocok untuk sang bayi dan selama itu pula ibu akan menjadi seperti raja dan akan merasakan yang namanya “Raja Sebulan” karena waktu yang dibutuhkan untuk pulih adalah selama kurang lebih 1 bulan.

Meskipun orangtua dengan susah payah mencarikan nama yang terbaik, terbagus, dan terindah sang anak seringkali tidak suka dengan namanya sendiri. Ia tidak bersyukur atas warisan yang sangat berharga yang diberi pertama sekali oleh orangtuanya, sehingga ia kadang mengganti namanya dengan nama yang lebih keren, funky, dan lebih cool katanya. Padahal secara tidak langsung ia telah melecehkan dan menghina orangtuanya sendiri.

Belum lagi dengan perilaku anak yang kadang membuat jengkel orangtua. Orangtua selalu mengarahkan sang anak ke arah yang lebih baik, tetapi sang anak tidak menerima dengan alasan tidak sesuai dengan trend masa kini sehingga orangtua menjadi kecewa dan stress melihat perilaku sang anak. Sang anak tidak menyadari betapa letihnya orangtua untuk merawat dan membesarkannya sejak dari kandungan. Bahkan ada anak yang sampai berkelahi dengan orangtuanya sendiri. Ia menganggap orangtuanya tidak memperhatikannya dan tidak mau menuruti keiinginannya lalu ia kabur dari rumah sehingga orangtuanya menjadi kecarian dan menyesal telah memarahi anaknya meskipun demi kebaikan anaknya sendiri. Tetapi orangtua takut jika nanti anaknya sakit, terlantar, kelaparan, dan terlunta-lunta di jalanan. Hal ini sering membuat saya heran, apakah anak menyadari apa yang dilakukannya atau tidak. Ia pergi ke sekolah katanya, tetapi pergi cabut. Kerja kelompok katanya, tetapi pergi ke PS. Pulang les katanya, tetapi baru selesai bermain. Dalam hal ini tentu ia telah menghambur-hamburkan uang orantuanya. Untuk mengontrol anaknya orangtua memberikan HP, tetapi HP disalahgunakan untuk hal yang negatif. Bertelepon dengan pacar hingga tengah malam, menonton porno, dan smsan hingga lupa waktu untuk belajar. Tetapi orangtua selalu disuruh mengisi pulsanya, pedahal ia tidak pernah menghubungi orangtuanya sendiri. Memang benar-bernar manusia yang aneh. Apabila hal ini terus berlanjut, maka sang anak lambat laun akan menjadi hancur, seperti pepatah yang mengatakan “kecil teranjak-anjak, besar terbawa-bawa”.

^*BERSYUKURLAH ORANG SEDANG MENIKMATI HARI INI, YANG MELUPAKAN HARI YANG TELAH LALU, DAN TIDAK MEMIKIRKAN APA YANG AKAN TERJADI ESOK HARI. HARI KEMARIN TELAH DILALUI, HARI INI SEDANG DILALUI, DAN HARI ESOK AKAN MEMILIKI MASALAHNYA SENDIRI. SEBAB HARI YANG PASTI KITA MILIKI ADALAH HARI INI*^

**HIDUP ADALAH SENI. SENI ITU INDAH, MAKA HIDUP ITU INDAH.**

^^YOU ARE MY EVERYTHING. AND BECAUSE YOU ARE MY EVERYTHING, I GIVE YOU EVERYTHING^^

Tidak ada komentar:

Selamat datang di Willy's Line. Anda akan dapat mengikuti sebagian dari seluk beluk dunia melalui web ini. Selamat menjelajah!!